Selasa, 20 November 2012

Kang Ojeg Terramah

Pagi ini entah untuk keberapa kalinnya aku berjumpa lagi dengannya. dan seperti biasanya seulas senyum menghiasi bibirnya berbarengan dengan anggukan keplanya dan replek dari dalam mobil aku menganngukkan kepalaku sambil tak lupa jg kuberikan senyum terindahku padanya.
" itu tukang ojeg sellau senyum kalau ketemu, dan senyumnnya terlihat tulus deh yah " Kataku pada ayah ku yang ada disebelahku. Pagi ini kebetulan aku berangkat bersamanya yang sekalian mengantarkanku ke sekolah  .
" iya ya a "panggilanku" keayah jg setiap kali berpapasan dijalan pasti dia senyum dan senyumnya terlihat tulus" ujar ayahkuku 
" eh yah kalau aa naik ojeg jg dia sering bertanya ini itu " kataku menambahi
" terus riza "adikku"juga bilang, tukang ojeg paling baik sedunia kayanya dia deh a " Aku mengulang kembali ucapan adikku yang kedua tentang penilaiannya ke tukang ojeg pada ayahku. Motor yang dikendarainya sudah melewati mobilku yang jg terus melaju. ada pembelajaran ku dapat dari peristiwa sederhana itu. Seorang tukang ojeg yang dengan ikals selalu tersenyum pada siapapun yang merasa dia kenal. Dia sepertinya tidak memikirkan bagaimana kalau senyumnya tidak mendapat balasan, tidak merasa minder dengan orang yang dia beri senyum apapun kedudukan orang yang dia beri senyum . mungkin bagi tukang ojeg lainnya perasaan minder kadang ada sehingga malu untuk memberikan senyum terlebih dahulu. yang dia tahu bagaimna memberikan senyum yang tulus pada orang lain.sepertinya kok sederhana sekali, senyum aja kok istimewa ah itu kecil. tetapi tak jarang orang sulit untuk melakukakkannya, yang malu lah, yang malaslah , yang takut ga di balaslah, yang minder dan sebagainnya. pembelajaran yang kudapat adalah keiklasan darinya, keiklasan berbudi baik pada orang lain walaupun hanya sebatas lewat senyum dan percakapan dan bagaimana kita menganggap orang lain itu penting. terakhir dari senyum dan anggukan yang tulus setidaknya membuat orang senang karena merasa dianggap penting dan di hargai yang kadang oleh kita terlupakan karena selalu memikirkan diri kita sendiri bagaimana orang menganggap kita penting sehingga untuk senyum saja menunggu orang untuk senyum terlebih dahulu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar